HADIST
MAUDHU’
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah
“Ulumul
Hadits”
Dosen
Pengampu :
Wahidul
Anam, M.Ag
Disusun
Oleh :
Nama
: Nasikhatus Syarifah
NIM
: 932110014
Kelas
: C
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2014
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr.Wb.
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan anugerah serta memberikan kemudahan
dan waktu sehingga penulis dapat menyusun makalah tentang Hadist Maudhu’ ini.
Semoga
shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi besar
Muhammad SAW yang telah menuntun kita semua dari zaman yang gelap dan jahiliyah
menuju zaman terang benderang ini.
Melalui
penulisan makalah ini, penulis mengajak pembaca untuk memahami serta mengenal
masalah masalah dalam ilmu dan sejarah hadits.
Akhir kata,
penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca dan jika
terdapat kesalahan-kesalahan penulis sangat mengharapkan saran dan kritik untuk
perbaikan kedepannya.
Wassalamu’alaikumWr.Wb.
Kediri, 16 September 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
HalamanSampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
B. Rumusan
Masalah
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hadist Maudhu’
B. Sebab-sebabTimbulnya
Hadist Maudhu’
C. Usaha
Mengatasi Hadist Maudhu’
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kemunculan
hadits maudhu’ dalamlingkaran agama islam membawa dampak yang sangat besar bagi perkembangan islam saat
itu. Banyak sekali peristiwa yang membuat kekuatan islam semakin merenggang,
tidak hanya faktor dari luar yang membuat islam semakin melemah, namun juga faktor
dari dalam islam itu sendiri.
Ketulusan dan kecintaan para
sahabat kepada Rasulullahlah yang membangkitkan kekuatan untuk tetap
mempertahankan agama islam sebagai agama yang suci. Menjaga nama baik
Rasulullah dari tangan kotor orang orang yang ingin menghancurkan islam dan
menjujung tinggi agama islam adalah motivasi yang dipegang teguh oleh para
sahabat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
Pengertian Hadits Maudhu’ ?
2. Apa
Penyebab Timbulnya Hadits Maudhu’ ?
3. Bagaimana
Cara Mengatasi Hadits Maudhu’ ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui
pengertian Hadits Maudhu’
2. Mengetahui
Penyebab Timbulnya Hadist Maudhu’
3. Mengetahui
Cara Mengatasi Hadits Maudhu’
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Hadits Maudhu’
Pengertian
hadits maudhu’ itu sendiri dibagi menjadi dua :
A.
Secara Etimologi
(Bahasa)
Secara etimologi
kata maudhu’ berasal dariakar kataوظع- يظع -وظعا-
فهو موظوع yang merupakan isim
ma’ful dan memiliki arti menurunkan atau merendahkan derajat. [1]
Meskipun
demikian, kata maudhu terdiri dari beberapa konotasi yang berbeda namun masih
memiliki makna yang sama, antara lain :
a. Al
– Hithlah yang memiliki arti menurunkan atau merendahkan derajat.
b. Al
– Isqath, yang mempunyai arti menggugurkan.
c. Al
– Ikhtilaq yang mempunyai arti membuat – buat.
d. Al
Islaq yang mempunyai arti melekatkan.
Kata kata yang
berbentuk fa’il dapat diartikan dalam bentuk marfu’ sehingga kata maudhu’
mempunyai pengertian menurunkan atau merendahkan derajat, menggugurkan,
membuat-buat, dan melekatkan sesuatu yang bersifat tiruan pada sesuatu yang
asli.
B. Secara
Terminologi (Istilah)
Sedangkan menurut terminologi,
hadits maudhu’ adalah
مَا نُسِبَ
إِلَىَ اَلرَّسُوْ لِ صَلَّى االلهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ اِخْتِلَا قٌا وَ كِذْبًا
مِمَّا لَمْ يَقُوْلْهُ أَوْيَفْعَلْهُ أَوْ يُقِرَّه
Sesuatu yang
disandarkan kepada Rasul secara mengada-ada dan bohong dari apa yang tidak dikatakan
beliau atau tidak dilakukan dan atau tidak disetujuinya.
Sebagian ulama
mengartikannya dengan hadits yang diada-adakan, dibuat, dan didustakan seorang
kepada Rasulullah.
Beberapa unsur
penting dalam batasan definisi Al Maudhu’ adalah :
a. Unsur
اَلْوَضْع pembuatan atau dibuat buat, artinya apa
yang disampaikan oleh perawinya adalah “buatan” mereka sendiri, bukan, ucapan,
perbuatan atau ketetapan Nabi.
b. Unsur
اَلْكِذْب dusta atau menipu. Artinya hadis yang ia
sampaikan sebagai hadis nabi adalah tipuan belaka dari dirinya sendiri karena
bukan dari Nabi, ia mengatakan bahwa hadist tersebut datang dari Nabi.
c. Unsur
عَمْدsengaja
dan خَطَأُ tidak sengaja, pembuatan hadis yang dikatakan
dari Nabi dan dilakukan dengan sengaja maupun tidak.
Dari ketiga unsur diatas, yang lain
berperan dalam pemalsuan hadis adalah dusta (kidzib). Oleh karena itu, Nabi
berpesan untuk selalu menghindari perkataan dusta dalam meriwayatkan hadis, dan
akan memberikan ancama terhadap setiap pelaku kedustaan riwayat Nabi.
2. Penyebab Timbulnya Hadits Maudhu’
1. FaktorPolitik
Pada akhir masa kepemimpinan Khulafa Ar- Rasyidin
timbul banyak fitnah yang membuat ummat Islam terpecah menjadi beberapa
sekte.Awal kemunculan hadits madhu’ itu sendiri diawali dengan konflik
antarelite politik dan antar pendukung Ali dan Mu’awiyah.Saat itu Islam terbagi
menjadi tiga golongan.
Pertama
– golongan ‘Ali ibnAbiThalib, yang kemudian dinamakan Syiah.
Kedua
– golongan Khawarij, yang menentang ‘Ali dan Muawiyah.
Ketiga
– golongan Jumhur Muslimin atau sunni (golongan politik pada masa itu).
Kemunculan golongan-golongan tersebut didorong oleh
kepentingan dan keperluan golongan, mereka mendatangkan hujja untuk mendukung
dan mencari simpatisan massa sebanyak banyaknya dengan cara mencari dalil dari
Al Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah. Masing-masing dari kelompok tersebut
mengklaim bahwa kelompok merekalah yang paling benar. Jika tidak mereka dapati
dalil atau hadits yang dapat mendukung tujuan mereka, maka sebagian mereka akan
membuat hadits palsu (maudhu’) tentang pentingnya berkelompok, keutamaan
Khalifah, dan aliran-aliran dalam agama.
Tercatat dalam sejarah, orang yang pertama kali
melakukan pekerjaan sesat ini adalah dari golongan syi’ah sebagaimana yang
diakui oleh Ibn Abil Hadid, seorang ulama syi’ah yang menulis dalam bukunya yang
berjudul Nahyul Balaghah, dia menulis “ketahuilah bahwa asal mula timbul hadits
yang menerangkan keutamaaan pribadi-pribadi adalah dari golongan syi’ah
sendiri.”
Dengan munculnya hadits-hadits maudhu’, banyak
diantara anggota kelompok lain yang ingin mengimbangi hadits-hadits yang dibuat
oleh golongan Syi’ah itu, akhirnya semakin luaslah pemalsuan hadits tersebut.
2. Fanatisme
Kabilah, Negeri, atau Pimpinan.
Padamasa sebagian Daulah Umawiyah, umat Islam
memiliki karakter yang sangat menonjol terhadap kefanatikan sebuah kelompok.
Pada masa itu fanatisme arab sangatlah kuat, sehingga orang-orang non Arab
merasa terisolasi dari pemerintahan. Akibat situasi yang seperti ini,
orang-orang melindungi diri dan kelomponya dengan membuat hadis tmaudhu’.
Misalnya, dari kabilah Persia mengatakan :
“Sesungguhnya bahasa makhluk di sekitar Arsy dengan bahasa Persia.”
Untuk mengimbangi hadits maudhu’ tersebut, dari
kabilah arab membalas dengan megatakan : “Bahasa yang paling di murkai Allah
adalah bahasa Persia, sedangkan bahasa penghuni surga adalah bahasa Arab. ”
3. Qashshash
(Ahli Dongeng).
Pada abad ke-13 H adalah masa diamana Qashshash
tengah populer. Mereka duduk di masjid-masjid dan pinggir jalan, diantara
mereka adapula kaum zindiq (pura-pura beragama Islam) yang ingin menarik
perhatian para pendengar, terlebih bagi orang-orang awam dan para pengundangnya
untuk mencari uang dengan cara memasukkan hadits-hadits maudhu’ dalam
propagandanya.
Ahli dongeng tersebut membuat beberapa periwayatan
yang seolah-olah berasal dari Rasulullah dengan menyertakan sanad agar terlihat
shahih.
4. Menjilat
Penguasa.
Diantara beberapa cara penyebaran haadist maudhu’
oleh orang-orang jahiliyah, ada diantara mereka yang ingin mencari legalitas
mereka dihadapan para penguasa dengan membuat hadits maudhu’ berdasarkan apa
yang dilakuakan oleh para penguasa pada saat itu.
Misalnya yang telah dilakukan oleh Ghiyats bin
Ibrahim An-Nakha’I ketika ia memasuki istana Al-Mahdi yang sedang bermain
burung merpati. Lalu Ia berkata :“Tidak ada perlombaan, kecua li pada anak panah
atau unta atau pada kuda atau pada burung.”
Memang benar Rasulullah telah bersabda demikian,
namun tidak terdapat kata burung pada aslinya, karena Ghiyats melihat Al-Mahdi
sedang bermain burung, maka ia menambahkan kata “burung” dalam haditsnya.
Setelah
mendengar apa yang dikatakan oleh Ghiyats, Al-Mahdi memberikan hadiah 10.000
dirham kepadanya, akan tetapi setelah mengetahui bahwa Ghiyats adalah pendusta,
maka disembelihlah burung merpati tersebut seraya berkata “Aku bersaksi pada tengkokmu
bahwa ia adalah tengkok pendusta pada Rasulullah.”
5. Perbedaan
(Khilafiyah) dalamMadzab.
Fanatisme tidak
hanya terjadi terhadap kabilah yang ada di suatu negeri saja, melainkan juga
fanatisme dalam madzab. Masalah dalam khalafiyah ini juga mengundang munculnya
hadits maudhu’ baik dalam ilmu fiqih atau teologi yang dilakukan oleh sebagian
pengikut madzab yang fanatik. Sebagai contoh , pengikut madzab Hanafi
mengatakan bahwa madzab mereka adalah yang paling benar sehingga merendahkan
madzab lainnya seperti madzab Syafi’i :
“Ada pada umatku eorang laki laki bernama Muhammad bid
Idris lebih bahaya atas umatku daripada iblis dan ada pada umatku seorang laki
laki bernama Abu Hanifah dia menjadi lamunya umatku.”
6. Dendam
Musuh Islam
Persebaran umat
islam sangat pesat setelah merebut kekuasaan dua negara yang sangat kuat pada
masa itu, yaitu Kerajaan Romawi dan Persia. Tak berbeda dengan musuh islam yang
juga berkembang dengan pesat, namun mereka tak dapat menyerang islam secara
terang terangan, karena pada masa itu islam sedang mencapai puncak kejayaan.
Mereka tak
kehilangan akal, para musuh islam memerangi islam dengan berpura pura masuk
agama islam dan meracuni umat islam dengan memasukkan beberapa hadits maudhu’
dalam penyampaian ajaran agama islam, agar para pemeluk agama islam merasa
bahwa ajaran dalam agama islam itu menyesatkan.
3.
Cara Mengatasi Hadits Maudhu’
Penyebaran hadits
maudhu’ pada akhir zaman khalifah Ali bin Abi Thalib semakin menyebar dan
meluas, para sahabat
1.
Memelihara Sanad Hadits.
Para ulama baik dari sahabat, maupun dari tabi’in
berhati hati dalam menerima riyawat yang diberitakan kepada mereka. Mereka
tidak lagi menerima hadits selain yang mereka ketahui jalan datangnya dan
perawi-perawinya itu dan keadilan mereka.
Ibnu Sirin berkata
(menurut riwayat Muslim dalam MuqaddimahShahih-nya) “para sahabat dan tabi’in
tidak menanyakan tentang hal isnad. Maka dikala terjadi fitnah, dikala menerima
suatu hadits bertanya, siapa yang memberikan hadits itu ? sesudah diketahui
sanad, diperiksalah apa sanad itu
terdiri dari AhlusSunnah, kalau benar diambillah hadits itu, kalau perawi itu
dari golongan ahli bid’ah, ditolaklah hadits itu.”
Berkenaan
dengan itu, para tabi’in memintakan isnad, yakni dikala terkecamuknya kedustaan.
2.
Memeriksa Kebenaran
Hadits
Seseorang yang baru menerima hadits, akan pergi menemui
sahabat, tabi’in dan imam-imam hadits. Dengan inayat Allah juga banyak sahabat
yang hidup lama.Maka ketika timbul kedustaan dalam urusan hadits, seseorang
yang menerima hadits pergi kepada para sahabat untuk menanyakan hadits yang
diterimanya.
Sa’id ibn Mas’ud berkata : “Aku berjalan beberapa malam
dan beberapa hari hanya untuk mencari sebuah hadits.” (Syarah Shahih Muslim
I:82).
3. Menerangkan
Keadaan Perawi
Dalam masalah ini, para sahabat mengalami masalah
yang banyak dan cukup sulit. Mereka harus mempelajari sejarah perawi,
perjalanan hidupnya dan hal hal yang tersembunyi dari perawi tersebut atas
masyarakat umum. Mereka akan menjelaskan keadaan para parawi tersebut baik
dalam keadaan baik maupun buruk. Ini semua dilakukan demi mengetahui mana
perawi yang boleh meriwayatkan hadits dan mana yang tidak, mana yang boleh
ditulis haditsnya dan ama yang tidak, serta mana yang tidak boleh diterima sama
sekali.
4. Memberikan
Kaidah Hadits.
Para ulama membuat undang undang dalam menentukan
otentitas suatu hadits, sehingga dapat dengan mudah membedakan mana yang
shahih, mana yang dha’if dan maudhu’.
5. Mengisolir
Para Pendusta Hadits.
Para ulama sangat menjaga dan berhati hati saat
menerima dan meriwayatkan hadits. Orang yang dikenal sebagai pendusta hadits
dijauhi dan masyarakat pun akan dijauhkan darinya. Semua ahli ilmu yang yang
menyampaikan hadits-hadits maudhu’ dan pembuatnya itu kepada muridnya untuk
menjauhi dan tidak meriwayatkan hadits kepadanya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hadits maudhu’
adalah hadits palsu yang dibuat oleh seseorang dan menyandarkannya kepada
Rasulullah baik secara sengaja maupun tidak.Beberapa ulama berpendapat bahwa
hadits maudhu’ merupakan jenis hadits dha’if (lemah), dan sebagian lainnya
berpendapat bahwa hadits maudhu’ bukan merupakan hadits karena tidak ada dasar
yang digunakan oleh orang yang membuat maupun menyampaikannya.
Beberapa faktor yang melatar
belakangi munculnya hadits maudhu’ antara lain adalah faktor politik, fanatisme
terhadap kabilah, negeri atau pimpinan, qashshash (ahli dongeng), menjilat
penguasa demi kepentingan pribadi, perbedaan pandangan dalam menganut madzab,
dan dendam dari musuh musuh islam. Kemunculan hadist maudhu’ juga didasari oleh
kepentingan individu atau kelompok itu sendiri, tanpa menghiraukan dampak yang
akan muncul baik pada masa itu maupun selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. MajidKhon Abdul,
M.Ag. 2012. Ulumul Hadist. Jakarta: Amzah
Ash
Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 1999. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits.
Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Dr.
Najib Mohamad. 2001. Pergolakan Politik Umat Islam dalam Kemunculan Hadis
Maudhu. Bandung: Pustaka Setia.
[1]
Ibn Zakaria, Mu’jam Maqdiys Al Lughah, Mesir, Maktabah Al Bab Al Halabi 1389 H.
Cet. Ke 2 hlm 117.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar